Minggu, 28 Juni 2015
PENYAKIT PADA SAPI PERAH YANG DISEBABKAN OLEH BAKTERI
1. PENYAKIT
ANTHRAKS (RADANG LIMPA)
Penyebab : Bakteri Bacillus Anthracis
Sifat
Penyakit : Penyakit hewan menular dan zoonosis
Sifat
bakteri : Dapat menular ke manusia.
Apabila terpapar udara (dalam udara
bebas) akan membentuk spora dan dapat bertahan hidup puluhan tahun di
tanah.Agar bakteri tidak mencemari lingkungan, maka bangkai ternak yang mati
diduga anthraks dilarang untuk dipotong atau dibuka.
Cara penularan :
·
Melalui makanan, minuman
·
Udara
·
Luka yang terbuka
Masa
Inkubasi : 3 – 5 hari
Gejala
Klinis :
·
Gangguan pernafasan (nafas
terengah-engah)
·
Demam tinggi, lemah, gemetaran
·
Pembengkakan kelenjar getah bening di
dada, leher dan alat kelamin
·
Diare bercampur darah
·
Pada kasus yang parah kadang-kadang
keluar darah berwarna merah kehitaman (seperti teh) dari lubang hidung,
telinga, mulut, anus dan vagina)
Pengobatan :
·
Pemberian antibiotika Penicillia dan
Tetracyclin
Pencegahan penularan
:
·
Sapi yang terinfeksi di pisahkan di
kandang khusus sambil diobati
·
Sapi yang berdekatan diberikan antibiotika
Penicilline dan Tetracyclin
·
Sapi yang mati diduga anthraks langsung
di kubur dan dibakar serta ditaburi kapur
Waspada
anthraks karena :
·
Anthraks merupakan penyakit zoonosis (dapat
menular ke manusia)
·
Penularan melalui kontak langsung,
udara, memakan makanan yang tercemar bakteri B. Anthracis
Type
penyakit anthraks pada manusia :
-
Type kulit (cenang hidung)
-
Type pencernaan
-
Type pernafasan
Beberapa
daerah di Jawa Barat merupakan daerah endemis anthraks (termasuk Bogor)
-
Pada stadium awal bisa diobati dengan
antibiotic.
-
Bakteri B. Anthracis dapat dijadikan
senjata teror biologis
-
Masa inkubasi anthraks singkat (gejala
tidak jelas tetapi kadang-kadang langsug ambruk)
2.
PENYAKIT
NGOROK
Nama
lainnya : Septicaemia Epizoolica (SE)
Penyebab : Bakteri Pasteurella
Mulfocida
Sifat : Menular
Cara Penularan :
·
Melalui pakan
·
Air minuman yang tercermar bakteri
Gejala Klinis :
·
Demam tinggi, kadang-kadang diare
berdarah
·
Selaput lendir tidak bengkak berwarna
merah kebiruan
·
Bengkak pada kepala, bagian bawah dada,
kaki dan atau pangkal ekor
·
Sesak nafas sehingga terdengar seperti
ngorok
·
Apabila kondisi parah dapat terjadi kematian
ternak 1 – 2 hari.
Pengobatan :
·
Pada stadium dini dengan antibiotika
(streptomisin, kloromisetin, tetramisin atau nureomisin) atau sulfa.
Pencegahan :
·
Vaksinasi 1 x 1 tahun
3.
PENYAKIT
DIARE
Penyebab :
·
Bakteri Escherichia coli atau
Clostridium Sp.
·
Pakan yang tercemar
·
Cuaca ekstrim (terlalu dingin)
·
Gangguan pencernaan
Apabila
menyerang pedet bisa mengakibatkan kematian.
Gejala :
·
Kotoran sapi cair, warna hijau muda atau
kuning kehijauan
·
Buang air besar terus menerus
·
Kotoran/feses berbau busuk
·
Ternak tampak lemas karena kurang cairan
·
Berat badan ternak turun
Penanganan ternak sakit
dan pengobatan :
·
Pisahkan ternak sakit dengan yang sehat
·
Berikan oralit, norit, sulfa
·
Hindari pemberian pakan berupa daun muda
atau daun kacang-kacangan
·
Jaga kebersihan kandang
4.
PNEUMONIA
(RADANG PARU-PARU)
Penyebab : bakteri Pasteurella,
Mycoplasma dan Chlamydia).
Pemicu :
·
Kandang kotor dan basah, lembab
·
Kandang kurang sinar matahari
·
Sirkulasi udara tidak lancer
Gejala Klinis :
·
Sulit bernafas
·
Batuk-batuk
·
Demam tinggi (± 42¬oC)
·
Ingusan (lendir kekuningan ataupun
jernih)
Penanganan ternak sakit
dan pengobatan :
·
Pindahkan ternak sakit ke kandang yang
bersih, hangat, cukup sinar matahari dan sirkulasi udara baik
·
Pemberian antibiotika Sulfonamida,
Leokomisin, Genlamisin
·
Pemberian Vit. C
·
Pemberian pakan yang berkualitas.
5.
White
Scour / Colibacillosis
Penyebab : E.Coli,
kebanyakan menyerang pedet sampai umur 3 minggu.
Gejala Klinis :
Gejala Klinis :
·
E.Coli yang bersifat enteropatogenik
yang mengakibatkan diare dan yang bersifat septisemik menyebabkan sepsis dan
kematian mendadak.
·
E.Coli yang bersifat septisemik tidak
menyebabkan sakit pada pedet yang cukup mendapat kolostrum, namun yang bersifat
enteropatogenik dapat menyebabkan sakit pada pedet karena membentuk koloni
dalam usus. Morbiditas 30%, mortalitas sampai 50%.
v Bentuk
Toksemia :
a. Hewan
lemah
b. Suhu
tubuh sub normal
c. Pulsus
normal, tidak ada diare
d. Koma
e. Mati
dalam 2 – 6 jam
v Bentuk
Klasik :
ü Diare
profus, tinja berbentuk pasta atau sangat cair berwarna putih atau kuning
dengan bau yang menusuk.
ü Kadang
ditemukan darah segar dalam tinja.
ü Toksemia
à
napsu minum hilang
ü Diare
à
dehidrasi, shock, kematian.
v Diagnose
:
a. Pemeriksaan
lab.
b. Air
susu yang diberikan.
Pengobatan :
·
Antibiotika I.V / I.M 10 mg/kg BB
Pencegahan dan
Pengendalian ;
·
Sanitasi kandang, alat-2 dan lingkungan,
hewan mati dikubur, alat-2 dibakar
·
Vaksinasi induk atau pedet
·
Kolostrum yang cukup pada pedet
·
Untuk pedet yang sakit tidak
diperkenankan memberi susu atau susu pengganti sampai pedet sembuh.
6.
Salmonellosis
Penyebab :
Penyebab :
bakteri Salmonella sp, dapat menyerang
pedet yang berumur 2 minggu dan sapi dewasa,bersifat zoonosis. Infeksi karena
masuknya sapi baru, kuman bertahan dalam air tergenang sampai 9 bulan, pada
sapi bunting menyebabkan keguguran. Morbiditas 80%, mortalitas sampai 20%.
Gejala Klinis :
·
Bentuk Septisemia :
a. Hewan
lemah
b. Suhu
tubuh diatas normal (40oC-42oC)
c. Koma
d. Mati
dalam 24 - 48 jam
e. Bila
pedet atau sapi dewasa dapat melewati fase ini akan terjadi diare profus àdehidrasi
·
Bentuk Enteritis Akut :
a. Pada
sapi dewasa
b. Hewan
lemah
c. Suhu
tubuh diatas normal (40oC-41oC)
d. Diare
cair à
dehidrasi à
kematian dalam 2-5 hari
e. Napsu
makan hilang, napsu minum masih ada
f. Produksi
turun
Diagnose :
·
Berdasarkan gejala klinis
·
Pemeriksaan laboratorium
Pengobatan :
·
Antibiotika I.V / I.M 10 mg/kg BB
Pencegahan dan
Pengendalian ;
·
Sanitasi kandang, alat-2 dan lingkungan,
hewan mati dikubur, alat-2 dibakar & dimusnahkan
·
Vaksinasi induk atau pedet
·
Rotasi padang penggembalaan
7.
Penyebab
penyakit blackleg
biasanya akibat luka pada kulit yang
menyebabkan pendarahan yang dapat menjadi sarang bakteri clostridium
chauvoei. Perilaku sapi maupun domba sendiri sering berbaring di lantai
kandang dan sering digembalakan pada tanah lapang sehingga bakteri mudah masuk
dan berkembang dengan cepat untuk menginfeksi. Sedangkan sumber utama munculnya
bakteri clostridium chauvoei sendiri berasal dari tanah, air, pakan,
yang membentuk spora dan mencemari lingkungan. Biasanyanya penyakit ini sering
muncul setelah banjir. Di Indonesia setidaknya di pulau Jawa, Kejadian penyakit
radang paha pada sapi sering ditemukan terutama pada than 1960.
Tanda atau Gejala Umum Penyakit
Radang Paha (Black Leg) pada Sapi dan Domba
·
Demam
tinggi
·
Nafsu
makan berkurang,
·
Depresi
(malas bergerak, gelisah)
·
Terjadi
kepincangan pada kaki diikuti pembengkakan
·
Keluar
darah pada hidung dan dubur
·
Otot
yang terluka terlihat berbintik dan memerah serta bila ditekan terasa
krepitasi (adanya gas/udara diantara serabut daging)
·
Kematian
mendadak setelah terjadi tanda gejala 1-2 hari.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
adalah hal utama untuk terhindar dari penyakit ini dengan jalan melakukan
pembakaran atau semprot dengan desinfektan terhadap permukaan lantai atau tanah
yang terindikasi adanya bakteri clostridium chauvoei. Jaga selalu kandang dalam
keadaan bersih dan juga pakan dan air minum harus dalam keadaan bersih. Lakukan
pemisahan sapi dan domba yang sakit ke kandang karantina. Berikan vaksinasi
berupa formol vaksi tiap 10 ml tiap sapi dengan cara di suntik. Selain itu
berikan imunisasi pasif berupa antiserum disuntikkan ke dalam pembuluh darah
vena. Jika ditemukan sapi atau domba mati mendadak segera dilakukan pembakaran
dan jangan dikubur, karena bisa menyebarkan bakteri melalui tanah.
8.
Brucellosis Pada Ternak
Penyakit Keluron Menular
(Brucellosis) adalah infeksi kronis (menahun), terutama pada sapi dan kerbau
yang menyerang organ reproduksi dan menyebabkan keguguran.
Penyebab
Brucellosis :
Pada Sapi : Kuman
Brucella Abortus
Pada Domba/Kambing : Kuman Brucella Militensis
Pada Babi : Kuman
Brucella Suis
Cara
Penularan :
Penularan pada hewan terjadi melalui
:
·
Saluran
Pencernaan
·
Saluran
Kelamin
·
Saluran
Selaput Lendir
·
Kulit
yang Luka
·
Sumber
Penularan
Kotoran
dan air seni hewan yang terinfeksi Reruntuhan cairan sisa-sisa abortus dari
hewan terinfeksi
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Pada sapi tanda-tanda klinis utama
ialah :
Keluron
menular yang dapat diikuti dengan kemajiran temporer atau permanen, keluron
terjadi pada kebuntingan 5-8 bulan Produksi air susu turun Mengeluarkan cairan
vaginal yang bersifat infeksius dan berwarna keruh Pada kelenjar susu tidak
menunjukkan gejala klinis meski di dalam air susu terdapat kuman Brucella. Hal
ini dapat menyebabkan penularan pada manusia (menyebabkan demam undulan),
meskipun tidak sampai menyebabkan keguguran pada ibu hamil.
Hewan jantan memperlihatkan gejala epididimis dan orchitis (infeksi pada epididimis dan testis)
Hewan jantan memperlihatkan gejala epididimis dan orchitis (infeksi pada epididimis dan testis)
Kelainan
Pasca Mati :
Perubahan yang terlihat adalah :
Perubahan pada placenta dengan bercak-bercak pada lapisan
permukaan chorion.
Cairan janin terlihat keruh berwarna kuning coklat dan kadang bercampur nanah
Pada hewan jantan ditemukan proses pernanahan pada testikelnya, diikuti dengan nekrose.
Diagnosa. Dugaan adanya Brucellosis timbul apabila ditemukan apabila ditemukan keluron dalam kelompok ternak yang diikuti menghilangnya penyakit itu. Diagnosa pada hewan berdasarkan pada :usu Gejala klinis dan uji serologis Isolasi dan identifikasi kuman brucella
Diagnosa Banding. Pada sapi Keluron yang disebabkan oleh kuman dikelirukan dengan Campylobacter fetus atau Trichomonas Fetus. Keluron Campylobacter fetus terjadi setiap waktu, Trichomonas Fetus terjadi pada kebuntingan dini sedangkan oleh Brucella terjadi pada lebih dari 6 bulan.
Cairan janin terlihat keruh berwarna kuning coklat dan kadang bercampur nanah
Pada hewan jantan ditemukan proses pernanahan pada testikelnya, diikuti dengan nekrose.
Diagnosa. Dugaan adanya Brucellosis timbul apabila ditemukan apabila ditemukan keluron dalam kelompok ternak yang diikuti menghilangnya penyakit itu. Diagnosa pada hewan berdasarkan pada :usu Gejala klinis dan uji serologis Isolasi dan identifikasi kuman brucella
Diagnosa Banding. Pada sapi Keluron yang disebabkan oleh kuman dikelirukan dengan Campylobacter fetus atau Trichomonas Fetus. Keluron Campylobacter fetus terjadi setiap waktu, Trichomonas Fetus terjadi pada kebuntingan dini sedangkan oleh Brucella terjadi pada lebih dari 6 bulan.
Pencegahan
Usaha-usaha
pencegahan terutama ditujukan kepada tindakan sanitasi dan tata laksana :
Tindakan
sanitasi, antara lain : sisa abortus dihapus hamakan, fetus dan placenta
dibakar, hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami
keluron, anak-anak hewan yang lahir dari induk menderita brucellosis sebaiknya
diberi susu dari induk yang bebas brucellosis, hewan penderita pada sapi perah
dilaksanakan pemotongan bersyarat, dan peralatannya harus dicuci dan
dihapushamakan, ternak pengganti jangan segera di masukkan.
Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat bebas brucellosis dapat dimasukkan bila setelah diuji serologis negatif. Sedangkan yang mempunyai sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji serologis dalam selang waktu 60 sampai 120 hari setelah dimasukkan dalam kelompok ternak. Pengawasan lalu lintas ternak dilakukan secara seksama. Pelaksanaan perkawinan secara Inseminasi Buatan.
Pengendalian dan Pemberantasan, bisa juga dengan menggunakan vaksin brucella.
Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat bebas brucellosis dapat dimasukkan bila setelah diuji serologis negatif. Sedangkan yang mempunyai sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji serologis dalam selang waktu 60 sampai 120 hari setelah dimasukkan dalam kelompok ternak. Pengawasan lalu lintas ternak dilakukan secara seksama. Pelaksanaan perkawinan secara Inseminasi Buatan.
Pengendalian dan Pemberantasan, bisa juga dengan menggunakan vaksin brucella.
Pada
kelompok sapi tertular ringan :
·
Dilakukan
uji serologis untuk penentuan reactor
·
Reaktos-reaktor
harus dikeluarkan dan dipotong (Test and Slaughter)
Pengobatan
Pengobatan
Belum
ada obat efektif untuk Brucellosis
9.
Radang Ambing
Mastitis
adalah istilah yang digunakan untuk radang yang terjadi pada ambing, baik
bersifat akut, subakut ataupun kronis, dengan kenaikan sel di dalam air susu
dan perubahan fisik maupun susunan air susu, disertai atau tanpa adanya
perubahan patologis pada kelenjar (Subronto, 2003).
Faktor Penyebab Mastitis
Resistensi
atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi, kambing atau domba bersifat menurun.
Gen- gen yang menurun akan menentukan ukuran dan struktur puting Saat periode
kering adalah saat awal bakteri penyebab mastitis menginfeksi, karena pada saat
itu terjadi hambatan aksi fagositosis dari neutrofil pada ambing. Berbagai
jenis bakteri telah diketahui sebagai agen penyebab penyakit mastitis, antara
lain Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis,
Str.zooepedermicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter
aerogenees dan Pseudomonas eroginosa. Dilaporkan juga bahwa yeast dan fungi
juga sering menginfeksi ambing, namun biasanya menyebabkan mastitis
subklinis.
Gejala-gejala
Secara klinis radang ambing dapat berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak ditemukan saat pemeriksaan ambing. Pada proses radang yang bersifat akut, tanda-tanda radang jelas ditemukan, seperti : kebengkakan ambing, panas saat diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, menjadi pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan gejala sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau makan dan suhu tubuh masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mammae.
Secara klinis radang ambing dapat berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak ditemukan saat pemeriksaan ambing. Pada proses radang yang bersifat akut, tanda-tanda radang jelas ditemukan, seperti : kebengkakan ambing, panas saat diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, menjadi pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan gejala sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau makan dan suhu tubuh masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mammae.
Cara penularan
Penularan
mastitis dari seekor sapi ke sapi lain dan dari quarter terinfeksi ke quarter
normal bisa melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat.
Diagnosis
Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus, diagnosis juga bisa dilakukan dengan Whiteside Test.
Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus, diagnosis juga bisa dilakukan dengan Whiteside Test.
Kontrol
Untuk mencegah infeksi baru oleh bakteri penyebab mastitis, maka perlu beberapa upaya, antara lain (1) meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting. Air susu pancaran pertama saat pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan. (2) Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan ß-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.
Untuk mencegah infeksi baru oleh bakteri penyebab mastitis, maka perlu beberapa upaya, antara lain (1) meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting. Air susu pancaran pertama saat pemerahan hendaknya ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Perlu pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda disarankan untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan. (2) Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan ß-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.
Pengobatan
Sebelum menjalankan pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya ß- laktamase yang akan menguraikan cincin ß- laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.
Sebelum menjalankan pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya ß- laktamase yang akan menguraikan cincin ß- laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.
Disinfeksi
puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria bisa mengatasi
mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan
antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri
penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan
peradangan. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih bisa diatasi dengan
penicillin, karena streptococcus sp masih peka terhadap penicillin.
10. TBC
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma padajaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yangdapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsialtinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awalbiasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalamipenyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit kronis yang menyerang semua jenis hewan dan manusia. Tuberkulosis pada sapi secara ekonomis sangat merugikan dan sekaligus merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Penyakit TB disebabkan oleh bakteri tahan asam Mycobacterium tuberculosis.Ada tiga tipe bakteri TB yaitu, tipe human (orang), tipe bovine (sapi), dan avian (unggas), namun demikian ketiga tipe tersebut dapat menginfeksi hewan.
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma padajaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yangdapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsialtinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awalbiasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalamipenyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit kronis yang menyerang semua jenis hewan dan manusia. Tuberkulosis pada sapi secara ekonomis sangat merugikan dan sekaligus merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Penyakit TB disebabkan oleh bakteri tahan asam Mycobacterium tuberculosis.Ada tiga tipe bakteri TB yaitu, tipe human (orang), tipe bovine (sapi), dan avian (unggas), namun demikian ketiga tipe tersebut dapat menginfeksi hewan.
11. Pink Eye
Pink
Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing, biasanya
bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan
mata. Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan
kebutaan ,penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal.
Etiologi
Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan adalah akaibat bakteri Maraxella bovis.
Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan adalah akaibat bakteri Maraxella bovis.
Cara Penularan
Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak
antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh serangga yang bisa
memindahkan mikroorganisme atau bisa juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber
lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih
dan kelopaknya, bengkak pada kelopak mata dan cenderum menjulingkan mata untuk
menghindari sinar matahari. Selanjutnya selaput bening mata/kornea menjadi
keruh dan pembuluh darah tampak menyilanginya. Kadang-kadang terjadi borok atau
lubang pada selaput bening mata. Borok dapat pecah dan mengakibatkan kebutaan.
Mata akan sembuh dalam waktu 1 – 4 minggu, tergantung kepada penyebabnya dan
keganasan penyakitnya.
Pengobatan
Suntikan antibiotik, seperti tetracyclin atau
tylosin dan penggunaan salep mata dapat membantu kesembuhan penyakit.
Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan kain di mata dapat
mengurangi rasa sakit mata akibat silaunya matahari.
Pencegahan
Pencegahan
Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak
sehat merupakan cara terbaik untuk pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia
vaksin untuk penyakit ini.
Penyebab
bakteri adalah Moraxella bovis yang bersifat hemolitik.
Langganan:
Postingan (Atom)