Untuk
menghasilkan anak sapi yang cukup kuat salah satu caranya induk sapi
yang bunting sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum beranak sudah
dikeringkan dan induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik
kualitas dan kuantitasnya. Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode
yang sangat kritis. Oleh karena itu anak sapi perlu mendapat perhatian
yang sebaik-baiknya (Muljana, 1982).
Manajemen
pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan
bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan
yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi
dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan Pedet pada saat lahir
Penanganan
Pedet pada saat lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan
secara optimal. Hal ini menjaga agar sifat alami atau tingkahlaku ternak
tidak terusak. Bantuan dapat diberikan dengan langkah-langkah sesuai
tingkah laku ternak tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada
dimulut dan hidung demikian pula yang ada dalam tubuhnya, menggunakan
handuk (kain) yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa
bernapas. Kemudian potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi
dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering
sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat 30
menit setelah lahir (Imron, 2009).
2. Pemberian Pakan
Pemberian
Pakan Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan
asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet
akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit
yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.
a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut
Imron 2009, untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada
pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan
alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan
menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar. Sejak
lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut
handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut
sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah
berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya
telah dewasa.
Sebaliknya
untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil
pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara
bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal
pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur
lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.
b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer
Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru
melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu
normal. Komposisi kolostrum :
· Kolostrum
lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya,
100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu
normal
· Mengandung
enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya
secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
· Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung
inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk
protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi
pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
· Kolostrum
dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet
(karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu
Kolostrum : Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan
lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan
imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering
induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah
sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu
tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah
(Soetarno, 2003).
Milk
Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase pemberian susu untuk
pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS.
Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot
badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun
kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa
kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang
baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik
seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah
terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia
antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang
berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu
belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein
susu).
2. Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.
Manajemen
Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter dapat
dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian
calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan
padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu.
Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini
kurang diharapkan. Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat
dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter
0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau
sekitar umur 1 – 2 bulan.
Tolak
ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan
pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas
calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%,
TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable,
craked (Imron, 2009).
Manajemen
Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan kepada pedet yang masih
menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan
rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna
dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan pemberian
hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.
· Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
· Jangan
memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum
bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
· Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
B. Sistem Perkandangan
Pedet
yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam
kandang bersama dengan induk, diberi sekat agar pergerakan pedet
terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga
nutrisinya terpenuhi. Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang
dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut
setelah lepas sapih.
Perlakuan
ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi
kecelakaan baik pada pedet atau induk. Bagi pedet yang sakit, pedet
dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap
kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui.
Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh peternak sesuai dengan
umur dan berat badan (Imron, 2009).
Menurut
Soetarno 2003, selama 3-4 hari setelah lahir pedet biasaanya
belumdipisahkan dari induknya, agar dapar memperolah kolostrum
sepenuhnya. Setelah itu, pedet di tempatkan di dalam kandang pembesaran,
baik berupa kandang observasi (observation pens), kandang individu (individual pens), maupun kandang kelompok (group pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi suplemen makan.
C. Penanganan Penyakit
1. Diare (Mencret)
Penyakit
yang sering ditemui pada pedet adalah diare. Diare pedet masih cukup
menakutkan karena seringkali berakibat kematian. Menurut Kurniawan 2009,
jika pedet kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya, dia akan
mengalami stress yang luar biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian
banyak sebab diare pada pedet, penanganan saat lahir, tidak adanya
desinfeksi pusar dan sanitasi kandang pedet yang buruk, adalah penyebab
utamanya. Pedet adalah investasi karena keuntungan para peternak
kebanyakan hanya berasal dari penjualan pedet.
Ada beberapa langkah untuk mengatasi diare pada pedet yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
· Memperbaiki
cairan tubuh pedet. Yaitu dengan memberikan cairan elektrolit/oralit
dan susu secara bergantian. Dan juga mengurangi konsumsi susu karena
susu bisa menstimulasi banteri ikutan.
· Memberikan
antibiotik karena 80% diare disebabkan karena infeksi bakteri, kemudian
menambahkan Vitamin C sebagai antistress. Jika pedet tidak mau makan,
maka harus ditambah multivitamin dan antipiretik jika suhu badannya
lebih dari 39,5 celsius.
· Memperbaiki kondisi kandang menjadi bersih dan kering karena kandang yang buruk sanitasi berpeluang memperparah infeksi.
· Segera pisahkan pedet yang terjangkit dengan pedet yang lain untuk mencegah penularan.
· Mengamati setiap saat kondisinya untuk memastikan pedet tetap aktif.
2. Cacingan
Menurut
Tuimin 2009, Dr Drh Setiawan Koesdarto dan Dr Drh Sri Subekti dari
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan Dr Herra Studiawan
dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menyatakan, Toxocara
vitulorum, merupakan cacing askarid. Stadium dewasanya banyak dijumpai
pada anak sapi (pedet). Akibat dari penyakit cacingan (toxocariasis),
sangat menekan produktivitas ternak, berarti menjadi beban ekonomi bagi
peternak secara berkepanjangan jika tidak dilakukan pengendalian.
Upaya
pengendaliannya menurut mereka sampai saat ini belum jelas, hal ini
disebabkan belum adanya informasi tentang keadaan toxocariasis pada
pedet. Tersedianya obat cacing, umumnya hanya berkhasiat terhadap
stadium dewasa, kurang berkhasiat untuk stadium larva dan telur.
Hal
ini karena ternak sapi sewaktu-waktu dapat dijual bila diperlukan.
Kepemilikan ternak sapi selain menghasilkan daging juga pupuk, serta
kulit dan tulangnya mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam bidang
industri dan kerajinan.
Walaupun
demikian penyakit parasit cacing khususnya cacing saluran pencernaan
pernah dilaporkan Disnak Jatim. Menurut Simon dan Syahrial serta Gunawan
dan Putra penyakit yang sering dijumpai pada pedet adalah gangguan
parasit usus.
Salah
satu jenis parasit usus yang sering dilaporkan menyerang pedet muda
adalah toxocariasis. Parasit cacing ini menimbulkan kerugian yang cukup
besar, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Toxocariasis
merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara tropik dengan
kelembaban tinggi.